HALO, rekan muda. Selamat jumpa di buletin Pemuda GKI Pengadilan. Apa
kabar kalian? Semoga sehat, penuh sukacita dan mengalami banyak berkat. Pada
saat menjelang Paskah tahun 2014 ini kita akan mengulas soal semangat menjalani
kehidupan, khususnya ketika menghadapi tantangan dan pergumulan.
Ada yang mengatakan bahwa hidup
ini seperti gelombang. Perjalanan hidup manusia pada umumnya diwarnai dinamika
antara sukses dan gagal, gembira dan sedih. Banyak
orang, tentu ingin bahwa segalanya baik tanpa rintangan. Jujur saja, kita pun
demikian. Tapi hanya sedikit orang saja yang mungkin bisa mengalami kehidupan
serba lancar. Suka atau tidak, naik-turunnya siklus hidup sudah menjadi
realitas yang tak terbantahkan.
Berikut adalah beberapa kondisi
yang potensial terjadi dalam kehidupan anak muda. Pertama, tidak selamanya nilai-nilai ujian kita baik sekalipun
sudah belajar habis-habisan. Sesekali, lantaran berbagai sebab, kita bisa
mendapatkan nilai yang jeblok. Ironisnya, hal itu bisa terjadi pada salahsatu
teman kita yang berpredikat sebagai kutu
buku.
Bagi kalian yang sudah
berpacaran, mungkin hal kedua ini
pernah menjadi pengalaman hidup yang otentik. Tidak selamanya masa pacaran kita
diwarnai dengan kebersamaan yang indah. Ada kalanya, kita menghadapi hari-hari
yang membuat hati dongkol, bahkan panas, karena ulah sang pacar yang bikin
kesal. Kalau sudah begitu, canda dan tawa berubah menjadi adu argumen yang
sengit, atau perang dingin alias saling diam seribu bahasa. Berikutnya, yang ketiga, tidak selamanya saku kita penuh
dengan uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan mentraktir teman atau si doi.
Suatu waktu, ketika transferan dari ortu terlambat, kita merasakan kesulitan
untuk hidup di tanah rantau karena isi dompet begitu tipis. Dan yang paling menyesakkan hati
adalah situasi keempat berikut ini. Tidak
selamanya hubungan kita dengan teman-teman berjalan mulus layaknya sahabat.
Bisa terjadi, salahsatu teman kita bermetamorfosa
menjadi monster yang menusuk dari
belakang. Betapa sakitnya, hati kita ketika dihianati oleh teman sendiri.
Keadaan pasang-surut seperti di atas, dapat terjadi pada pria atau wanita,
orang muda dan orang dewasa.
Bagaimana perasaan kita
menghadapi pasang-surutnya kehidupan? Pada umumnya orang merasa senang saat
berada di masa jaya, dan mengalami perasaan galau ketika pergumulan hidup
melanda. Tidak jarang orang menjadi lemah, lesu dan tak bergairah. Semangat
muda yang biasanya menggebu-gebu menjadi melempem
seperti kerupuk tercelup ke kuah bakso. Tubuh yang biasanya sehat dan bugar
mendadak ngedrop. Belajar ogah,
istirahat dan membersihkan badan pun malas. Bahkan situasi seperti itu bisa
berdampak pada melorotnya iman dalam hubungan dengan Tuhan. Kita merasa bahwa
Tuhan tidak sayang lagi pada kita. Ia membiarkan kita mengalami penderitaan
hidup. Lalu kita menarik diri dari pelayanan. Dengan berbagai alasan, kita
minta off. Bukan itu saja, kita bahkan undur dari persekutuan ibadah. Kita ngambek pada Tuhan. Wah, wah, wah. Kalau
sudah begini, urusannya menjadi makin runyam.
Sobat muda, jika kita sedang
mengalami pergumulan yang dahsyat. Jika kita merasa hidup ini seperti sedang
berada di dasar jurang yang dalam. Kita merasa menjadi orang yang paling malang
di dunia karena belum juga dapet pekerjaan, atau karena masih terus menjomblo,
atau karena menderita sakit secara fisik. Sebagai orang beriman, bagaimana
seharusnya kita bersikap?
Nasihat poluler di kalangan pemuda ialah move on. Artinya, jangan larut dalam kesedihan. Segera bangkit dan
jalani hidup dengan melihat ke depan. Saya setuju. Para pakar dan motivator
juga sepakat. Menurut mereka, “Seseorang
dikatakan sukses bukan karena ia tak pernah gagal, tetapi karena ia selalu siap
untuk bangkit ketika sedang mengalami kejatuhan.” Wow. Sebenarnya, itu
bukan barang baru. Kita pernah mengalaminya waktu lalu. Ingatlah kembali saat
kita mulai belajar jalan. Papa-Mama pasti pernah cerita bahwa kita sering
jatuh. Tapi kita tidak peduli dengan rasa sakit, kita berdiri lagi dan tak
pernah berhenti mencoba, sampai kita bisa berjalan dengan seimbang. Ingatlah kembali
saat kita mulai naik sepeda. Berapa kali kita terjatuh? Adakah kita mengeluh?
Itu yang membuat kita mahir mengendari motor. Betapa hebatnya diri kita, bukan?
Keren!
Ketika Jemaat Korintus mengalami
kelesuan, Paulus membangkitkan semangat mereka agar bertahan dan menang. Dalam
I Korintus 15:58a, sang rasul menuliskan, “Karena
itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! ...” Mengingat keadaan mendesak,
Paulus tak bisa menunggu sampai ia berkunjung ke Korintus. Ia segera menangani
masalah dengan menulis surat. Di akhir suratnya, ia mengatakan, “Hal-hal lain akan diatur pada waktu aku
datang.” Pergumulan hidup harus
segera diselesaikan dan tidak boleh ditunda-tunda. Jika dibiarkan
berlarut-larut maka kegalauan hati dan perasaan akan bertambah sulit untuk
diurai. Prinsip yang digunakan Paulus ini sangat baik dan masih relevan sampai kini.
Perhatikanlah 1 Korintus 15:58b: “...Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Selain memberi semangat, Paulus
mengajak kita melibatkan Tuhan. Sebelum Paulus, dalam Matius 11:28 Yesus telah
menyatakan hal senada, “Marilah semua
yang letih, lesu, berbeban berat. Aku hendak memberi kelegaan kepadamu.”
Kalau Paulus memberi semangat, Yesus langsung mengundang orang yang berkesusahan.
Ketika mengalami kejatuhan, kegagalan, benturan relasi, atau lainnya, tentu
kita tak ingin makin terpuruk. Sulit bagi kita hanya dengan mengandalkan
kekuatan sendiri, apalagi bersikap masa bodoh dan lari dari kenyataan. Mengharap
bantuan pihak lain memang baik, tapi pada titik tertentu kemampuan manusia terbatas.
Sebagai umat beriman, kita juga tidak mungkin mencari pertolongan dari
kuasa-kuasa lain! Hanya satu hal yang bisa kita lakukan untuk bangkit dan
menang, yaitu merespons panggilan Yesus untuk datang kepada-Nya.
Pada masa menjelang Paskah ini
baiklah kita mendengar gema kemenangan Kristus yang telah bangkit dari
kematian. Apa yang dikatakan Paulus? Dalam 1 Korintus 15:55-57, sang rasul
mengutip berita nabi Hosea (13:14), “Maut
telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di
manakah sengatmu?” Selanjutnya, Paulus menambahkan, “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi
syukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus Tuhan kita”. Dengan mengutip pernyataan nabi Hosea, Paulus hendak
mengatakan bahwa nubuatan itu telah digenapi oleh Kristus yang tersalib, mati
dan bangkit. Paulus menggemakan hal itu kepada jemaat di kota Korintus untuk
menguatkan iman mereka. Dan kini, bagi kita juga. Selamat Paskah, Tuhan
memberkati.
Bogor, Prapaskah 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar