Halaman

Rabu, 16 April 2014

Tabah Melangkah, dengan Semangat Paskah



HALO, rekan muda. Selamat jumpa di buletin Pemuda GKI Pengadilan. Apa kabar kalian? Semoga sehat, penuh sukacita dan mengalami banyak berkat. Pada saat menjelang Paskah tahun 2014 ini kita akan mengulas soal semangat menjalani kehidupan, khususnya ketika menghadapi tantangan dan pergumulan. 


Ada yang mengatakan bahwa hidup ini seperti gelombang. Perjalanan hidup manusia pada umumnya diwarnai dinamika antara sukses dan gagal, gembira dan sedih. Banyak orang, tentu ingin bahwa segalanya baik tanpa rintangan. Jujur saja, kita pun demikian. Tapi hanya sedikit orang saja yang mungkin bisa mengalami kehidupan serba lancar. Suka atau tidak, naik-turunnya siklus hidup sudah menjadi realitas yang tak terbantahkan. 

Berikut adalah beberapa kondisi yang potensial terjadi dalam kehidupan anak muda. Pertama, tidak selamanya nilai-nilai ujian kita baik sekalipun sudah belajar habis-habisan. Sesekali, lantaran berbagai sebab, kita bisa mendapatkan nilai yang jeblok. Ironisnya, hal itu bisa terjadi pada salahsatu teman kita yang berpredikat sebagai kutu buku

Bagi kalian yang sudah berpacaran, mungkin hal kedua ini pernah menjadi pengalaman hidup yang otentik. Tidak selamanya masa pacaran kita diwarnai dengan kebersamaan yang indah. Ada kalanya, kita menghadapi hari-hari yang membuat hati dongkol, bahkan panas, karena ulah sang pacar yang bikin kesal. Kalau sudah begitu, canda dan tawa berubah menjadi adu argumen yang sengit, atau perang dingin alias saling diam seribu bahasa. Berikutnya, yang ketiga, tidak selamanya saku kita penuh dengan uang untuk membeli berbagai kebutuhan dan mentraktir teman atau si doi. Suatu waktu, ketika transferan dari ortu terlambat, kita merasakan kesulitan untuk hidup di tanah rantau karena isi dompet begitu tipis. Dan yang paling menyesakkan hati adalah situasi keempat berikut ini. Tidak selamanya hubungan kita dengan teman-teman berjalan mulus layaknya sahabat. Bisa terjadi, salahsatu teman kita bermetamorfosa menjadi monster yang menusuk dari belakang. Betapa sakitnya, hati kita ketika dihianati oleh teman sendiri. Keadaan pasang-surut seperti di atas, dapat terjadi pada pria atau wanita, orang muda dan orang dewasa.

Bagaimana perasaan kita menghadapi pasang-surutnya kehidupan? Pada umumnya orang merasa senang saat berada di masa jaya, dan mengalami perasaan galau ketika pergumulan hidup melanda. Tidak jarang orang menjadi lemah, lesu dan tak bergairah. Semangat muda yang biasanya menggebu-gebu menjadi melempem seperti kerupuk tercelup ke kuah bakso. Tubuh yang biasanya sehat dan bugar mendadak ngedrop. Belajar ogah, istirahat dan membersihkan badan pun malas. Bahkan situasi seperti itu bisa berdampak pada melorotnya iman dalam hubungan dengan Tuhan. Kita merasa bahwa Tuhan tidak sayang lagi pada kita. Ia membiarkan kita mengalami penderitaan hidup. Lalu kita menarik diri dari pelayanan. Dengan berbagai alasan, kita minta off. Bukan itu saja, kita bahkan undur dari persekutuan ibadah. Kita ngambek pada Tuhan. Wah, wah, wah. Kalau sudah begini, urusannya menjadi makin runyam.

Sobat muda, jika kita sedang mengalami pergumulan yang dahsyat. Jika kita merasa hidup ini seperti sedang berada di dasar jurang yang dalam. Kita merasa menjadi orang yang paling malang di dunia karena belum juga dapet pekerjaan, atau karena masih terus menjomblo, atau karena menderita sakit secara fisik. Sebagai orang beriman, bagaimana seharusnya kita bersikap?

Nasihat poluler di kalangan pemuda ialah move on. Artinya, jangan larut dalam kesedihan. Segera bangkit dan jalani hidup dengan melihat ke depan. Saya setuju. Para pakar dan motivator juga sepakat. Menurut mereka, “Seseorang dikatakan sukses bukan karena ia tak pernah gagal, tetapi karena ia selalu siap untuk bangkit ketika sedang mengalami kejatuhan.” Wow. Sebenarnya, itu bukan barang baru. Kita pernah mengalaminya waktu lalu. Ingatlah kembali saat kita mulai belajar jalan. Papa-Mama pasti pernah cerita bahwa kita sering jatuh. Tapi kita tidak peduli dengan rasa sakit, kita berdiri lagi dan tak pernah berhenti mencoba, sampai kita bisa berjalan dengan seimbang. Ingatlah kembali saat kita mulai naik sepeda. Berapa kali kita terjatuh? Adakah kita mengeluh? Itu yang membuat kita mahir mengendari motor. Betapa hebatnya diri kita, bukan? Keren!

Ketika Jemaat Korintus mengalami kelesuan, Paulus membangkitkan semangat mereka agar bertahan dan menang. Dalam I Korintus 15:58a, sang rasul menuliskan, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! ...” Mengingat keadaan mendesak, Paulus tak bisa menunggu sampai ia berkunjung ke Korintus. Ia segera menangani masalah dengan menulis surat. Di akhir suratnya, ia mengatakan, “Hal-hal lain akan diatur pada waktu aku datang.”  Pergumulan hidup harus segera diselesaikan dan tidak boleh ditunda-tunda. Jika dibiarkan berlarut-larut maka kegalauan hati dan perasaan akan bertambah sulit untuk diurai. Prinsip yang digunakan Paulus ini sangat baik dan masih relevan sampai kini.

Perhatikanlah 1 Korintus 15:58b: “...Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Selain memberi semangat, Paulus mengajak kita melibatkan Tuhan. Sebelum Paulus, dalam Matius 11:28 Yesus telah menyatakan hal senada, “Marilah semua yang letih, lesu, berbeban berat. Aku hendak memberi kelegaan kepadamu.” Kalau Paulus memberi semangat, Yesus langsung mengundang orang yang berkesusahan. Ketika mengalami kejatuhan, kegagalan, benturan relasi, atau lainnya, tentu kita tak ingin makin terpuruk. Sulit bagi kita hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri, apalagi bersikap masa bodoh dan lari dari kenyataan. Mengharap bantuan pihak lain memang baik, tapi pada titik tertentu kemampuan manusia terbatas. Sebagai umat beriman, kita juga tidak mungkin mencari pertolongan dari kuasa-kuasa lain! Hanya satu hal yang bisa kita lakukan untuk bangkit dan menang, yaitu merespons panggilan Yesus untuk datang kepada-Nya.

Pada masa menjelang Paskah ini baiklah kita mendengar gema kemenangan Kristus yang telah bangkit dari kematian. Apa yang dikatakan Paulus? Dalam 1 Korintus 15:55-57, sang rasul mengutip berita nabi Hosea (13:14), “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Selanjutnya, Paulus menambahkan, “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus Tuhan kita”. Dengan mengutip pernyataan nabi Hosea, Paulus hendak mengatakan bahwa nubuatan itu telah digenapi oleh Kristus yang tersalib, mati dan bangkit. Paulus menggemakan hal itu kepada jemaat di kota Korintus untuk menguatkan iman mereka. Dan kini, bagi kita juga. Selamat Paskah, Tuhan memberkati.


Bogor, Prapaskah 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar